Jepang, seperti kebanyakan negara-negara lain di dunia, sedang mengalami masalah yang cukup rumit dalam sektor pertanian. Selain masalah ketersediaan lahan, permasalahan utama yang muncul di Jepang adalah semakin berkurangnya orang yang berminat untuk terjun dalam bidang pertanian sedangkan rata-rata orang yang bekerja sebagai petani kini sudah semakin menua. Imbasnya produk pertanian mereka tidak mampu menutupi kebutuhan dalam negerinya sendiri. Jepang hanya mampu memproduksi sekitar 40% dari kebutuhan produk pertanian negaranya. Untuk mengatasi permasalahan ini berbagai pihak di Jepang berusaha menempuh berbagai cara, terutama melalui bidang keahlian mereka yaitu teknologi.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa kaum muda sekarang sangat jarang ada yang tertarik untuk menggeluti dunia pertanian. Di Jepang sendiri saat ini jumlah orang yang bekerja dalam bidang pertanian bisa dikatakan sangat minim. Satu keluarga petani di Jepang, umumnya beranggotakan 4 orang anggota keluarga, biasanya harus mengurus puluhan hektar lahan, bahkan di beberapa daerah mereka harus mengurusi lebih dari 100 hektar lahan. Dengan usia para petani di Jepang yang umumnya tak lagi muda, hal ini tentu saja menjadi sebuah masalah yang serius.
Berbagai pihak, terutama dari kaum akademis dan produsen peralatan pertanian, sangat menyadari akan permasalahan besar yang tengah melanda Jepang ini. Mereka kemudian bahu-membahu mencari solusi untuk mengatasinya. Salah satunya adalah kerjasama antara Yanmar dan Universitas Hokkaido untuk menghasilkan mesin pertanian yang mampu bekerja tanpa digerakan oleh manusia. Produk purwarupanya sendiri telah diuji cobakan di sebuah lahan di Sapporo dan Tsukaba pada sekitar akhir 2012 lalu.
Mesin yang saat itu diuji cobakan antara lain mesin pembajak tanah dan pemanen padi. Kedua mesin itu bekerja secara otomatis bedasarkan data yang telah diinput dan menggunakan teknologi GPS sebagai pemandunya dengan margin kesalahan dibawah 10 cm. Prof. Noboru Noguchi dari Universitas Hokkaido berharap produk ini nantinya akan mampu membantu petani untuk melakukan pekerjaan bertani tanpa harus mengeluarkan banyak tenaga. Uji coba ini sendiri selain untuk menilai sejauh mana efektivitas mesin ini, juga ditujukan untuk menjawab keraguan publik akan keamanan teknologi ini.
Teknologi ini awalnya dianggap berbahaya karena ada kemungkinan mesin ini akan menabrak orang atau benda lain yang berada di jalurnya saat mesin tersebut bekerja. Namun lewat sebuah demonstrasi, tim pengembang berhasil menghilangkan keraguan itu dan menunjukan betapa amannya mesin ini berkat teknologi sensor yang mereka pasang. dengan dua macam sensor yang mereka gunakan, mesin-mesin ini akan berhenti secara otomatis dan membunyikan klakson sebagai peringatan jika mendeteksi adanya penghalang pada jarak hingga 30 meter. Pihak pengembang sendiri menyatakan walau telah cukup puas dengan kinerja mesin ini namun masih berencana untuk membuat tampilan mesin menjadi lebih ringkas sebelum dipasarkan.
Menariknya ternyata bukan hanya pihak luar saja yang bekerja keras untuk membantu kinerja para petani. Para petani di Jepang sendiri secara sadar mulai mengembangkan diri untuk meningkatkan kualitas pekerjaannya, Penggunaan GPS sekarang mulai marak dikalangan petani di Jepang untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pekerjaan mereka. Selain itu mereka sering mengadakan diskusi-diskusi untuk mengembangkan peralatan pertanian mereka agar menjadi lebih praktis.
Berkat kesadaran berbagai pihak di Jepang, pertanian di Jepang kini secara perlahan mulai mengarah kejalur yang lebih baik. Berbagai teknologi yang menjadi keunggulan mereka diberdayakan secara optimal untuk menunjang kemajuan pertanian. Seorang teman saya yang asli Jepang bahkan berujar, "Tak lama lagi lahan pertanian di Jepang tak akan berhenti menghasilkan produk terbaiknya, bahkan ketika si petani sedang tertidur lelap".
Posting Komentar